Dan adaptasi ini didasari gara-gara keputusan sepihak, yang "katanya" sudah terlalu lelah, bosan, dan tak sanggup lagi jalani hubungan ini. "katanya" juga gara-gara mau proses intropeksi sendiri-sendiri, dan maunya ingin bebas sendiri dulu.
Itulah alasan nya..
Padahal saya pikir, sekiranya gara-gara hal itu mending dari dulu sekalian. bukan pas waktu-waktu sekarang, yang sudah memakan jangka waktu hampir 6 tahun ini.
Dari alasan itu, ya saya berpikir pastinya. kenapa dia bisa memutuskan seperti itu ? apa berarti selama ini hanya atas dasar "terpaksa" ? terpaksa karna sdh amat bosan? terpaksa karna hanya kasihan? atau apa ?
Tak terbayang, ada keputusan itu. tapi yah sudahlah karna saya juga tak bisa apa-apa, itu pun karna saya menghargai keputusan dia. Sudah terbiasa, harus berkorban demi kepentingan orang lain meskipun diri sendiri terpuruk.
Tapi anehnya, kenapa bisa semudah itu membuat keputusan itu ? katanya sih sudah dipikir-pikir matang, tapi masa sampai se tega ini ?
apa memang karna suda bosan dan atas dasar dipaksakan? jadi perasaan hatinya pun sdh tak jalan? mungkin selama ini hubungan ini tanpa dilandasi hati ?
Ya, mungkin bisa jadi tanpa perasaan hati. faktanya banyak juga sih.
Mulai dari proses komunikasi yang sampai saat ini belum pernah se baik-baik mungkin, karna pasti slalu ada konflik di masalah komunikasi. mulai dari saya yang slalu harus menghubungi dia, saya yang slalu ingin tahu kondisi dan kabar dia, saya yang slalu harus takut dan gelisah jika tanpa kabar dia, saya yang harus memendam rasa sendirian di dlm hati karna dia tanpa kabar.
Juga dari faktor kesibukan yang sering dipermasalahkan bagi kita.
Saya sadar, memang dia ruang lingkupnya di dunia kerja yang notabene harus turut dan bekerja dengan perusahaan karna sebagai pegawai disana. tp yang jadi permasalahan itu adalah, kenapa sampai se sibuk itu kah dunia kerja dia ? sampai-sampai banyak alasan yang harus terlontar gara-gara susah untuk memberi kabar.
selama ini saya yang harus mengerti dia dengan kondisi pekerjaannya, mulai dari selalu membangunkan dia stiap subuh, mengingatkan saat makan, shalat. tp tetap saja kesibukan selalu dibanding-bandingkan, seakan-akan dia yang begitu sibuknya yang hampir tak punya waktu untuk berkomunikasi. itu yang jadi masalah. !!!!
Padahal kalau dibandingkan dengan kesibukan saya, saya sama saja. tapi karna saya punya NIAT yang kuat, niat untuk berkomunikasi yg baik, dan menjaga supaya komunikasi itu supaya bisa baik-baik saja. saya juga kuliah, kuliah bukan cukup kuliah duduk di kelas saja, setiap hari hampir harus mengerjakan tugas, belum lagi harus menyiapkan presentasi didepan kelas, belum lagi kegiatan rapat-rapat diluar kampus, ya banyak intinya.
Jadi apa bedanya sebenarnya? karna kesibukan itu setiap orang pasti punya, bukan berarti kamu yg super sibuk atau saya yg super sibuk. karna intinya dari kesibukan ini bukan harus meng agul-agulkan kesibukan, membeda-bedakan tingkat kesibukan, tapi bagaimana caranya dibalik kesibukan yang kita miliki ini bisa tetap membagi waktu dan tetap menjalankan kehidupan dijalur baik-baik saja.
Entahlah, intinya saat ini saya sering banyak berpikir. setiap doa setelah shalat saya selalu ingat dia, kenapa sampai bisa keadaan ini terjadi dan diputuskan demi kepentingan dia sendiri? tanpa memikirkan satu sisi lain saya disini. Kadang saya menangis, memikirkan hal ini..
Mungkin dia bisa hidup aman nyaman sendiri disana tanpa kehidupan saya lagi, karna dia memang dasarnya tak begitu kepergantungan dgn saya, karna dia bisa hidup bahagia sendiri tanpa saya, ya seperti yang telah berjalan sebelumnya. tanpa saya yang selalu sms, atau telp dia, dia pasti akan tetap baik-baik saja, tanpa khawatir ingin tau keadaan saya seperti apa? keadaan saya sedang apa? sedang dimana? dengan siapa?
dan banyak sekali faktanya dari hal itu.
Berbeda dengan saya, karna saya sangat ketergantungan dengan dia, kemana-mana saya slalu pergi dengan dia, karna saya kurang tau diluaran sana. saya yang selalu khawatir dan slalu ingin tau kondisi dia, dimana, sedang apa nya. dan hal yang paling penting itu, intinya cuman dia yang slalu menemani saya disetiap harinya. karna cukup dia seorang yang sudah tau seluk beluk saya selama menjelang 6 tahun, cukup dia yang bisa mengerti saya, selalu ada disaat saya ingin bercerita dengan keluh kesah kehidupan saya.
Tapi yang jadi pertanyaan dan yang masih menjadi masalah adalah, kenapa dia hanya cukup ada untuk kehadiran saya saja ? kenapa belum sampai 'kena sampai ke hati. logika nya, kalau pakai hati dan niat serius, pastinya akan selalu dijaga agar tetap baik-baik saja, komunikasi akan baik-baik saja. Tapi ini ternyata tidak.. !
Inilah yang membuat saya ragu, karna saya bukan mengharapkan dia hanya selalu hadir di kehidupan saya, tapi ingin juga dia bisa hadir di hati saya, bukan hanya selewat saja hadir, dan bisa sesuka hatinya pergi meninggalkan saya begitu saja..
Wallohu'alam..
Intinya saat ini saya masih banyak bertanya-tanya, banyak pertimbangan untuk kondisi baru ini. Kita lihat saja sampai mana saya bisa bertahan dengan kondisi adaptasi yang baru ini.
Dan akhirnya, meskipun saya tak bisa bertahan dan merasa berat dengan hal ini, saya harus tetap bertahan sendiri demi kebahagiaan dia .. Karna ini yang dia inginkan untuk kehidupannya.
Terimakasih atas kondisi ini, semoga dia lebih bahagia dan bisa tenang tanpa kehidupan saya lagi,.. :)
03 April 2014